I Don’t Understand

i dont understand

“Aku tak mengerti, aku tak dapat mengerti mengapa tiap kali bersama Soojung, terasa sesuatu yang aneh.”

I Don’t Understand

written by kihyukha

|| Main Cast(s) Kim Myungsoo + Jung Soojung || Sub-Cast(s) Lee Sungyeol & Park Saejoon (SPEED) – just mention ||

|| Genre Fluff+Romance || Length Vignette || Rating PG-15 ||

***

Temanku adalah seorang gadis berambut hitam kecokelatan dan memiliki mata yang jernih, namanya Jung Soojung.

Kau tahu, Soojung itu aneh.

Parasnya cantik, otaknya cemerlang, piawai dalam olahraga, dan dia tak segan-segan memukul lelaki kurang ajar yang berani membuat temannya menangis. Banyak yang menyukainya, kadangkala dia dapat menjadi sengit, namun apabila dia tertawa, semuanya pun ikut gembira.

Tapi, aku tidak mengerti.

“Myungsoo, ayo pulang.”

Dia berdiri di depan pintu kelas, memasang ekspresi datar seperti biasa, dan layaknya biasa pula, dia mengemut es krim cokelat. Intonasinya tidak terkesan buru-buru, bahkan dia tetap tak bergerak meski aku mengambil selang waktu yang sedikit lama kala membereskan buku ke dalam tas.

Seperti biasa.

Tapi aku merasa aneh.

“Soojung, kau makan es krim lagi? Nanti sakit gigi,” kataku, di kala kami telah sampai di luar wilayah sekolah. Aku selalu mengatakan perihal ini tiap kali kami pulang bersama, dengan kalimat yang sama dan nada yang sama, seolah-olah giginya adalah benda berharga untukku. Barangkali dapat dikatakan nyaris setiap hari, dan aku tak tahu mengapa aku berkali-kali mengatakan itu.

“Tidak apa-apa,” timpalnya. Dia pun selalu mengatakan hal yang sama, namun dia tak pernah protes mengapa aku terus saja menanyakannya, mengingatkannya, dan memandanginya dengan sorot sangsi. Kadangkala maniknya menghunjam pandang diriku dengan tatapan datarnya, lantas dia kembali menghadap ke depan, meneruskan menikmati es krim.

Ada yang mengganjal, tapi aku tak tahu apa.

Aku tidak mengerti.

Soojung itu aneh, selalu saja terngiang dalam kepalaku. Hal ajaib dari dia adalah, dia selalu tahu kapan seharusnya mengajakku pulang bersama. Setiap jam pulang, aku akan bercanda ria dengan teman-teman sekelas di kursiku, setiap hari begitu. Tetapi tanpa aku mengatakan apa pun, Soojung tahu apakah aku akan pulang sendiri atau dengan teman. Apabila aku hendak pulang dengan teman, dia akan berhenti dan menatapku dari balik jendela yang membatasi kelasku dan lorong, melambaikan tangan, kemudian berlalu. Padahal aku tidak bicara apa-apa.

“Hei, hari ini ada teman sekelasmu yang mengatakan suka padaku.”

Hari ini bahasan kami berbeda, dan Soojung-lah yang mengawalinya. Aku sedikit terkejut mendengarnya.

“Benarkah? Siapa?”

“Siapa, ya?”

Bibirnya masih terus mengemut es krim, sementara maniknya menatap ke atas. Aku tidak tahu, tapi menurutku itu lucu. Soojung aneh, Soojung misterius, dia suka bermain tebak-menebak denganku. Barangkali itulah mengapa aku menaruh atensi kepadanya.

“Saejoon?”

“Ah, iya, Park Saejoon. Dia bilang aku cantik.”

“Memang begitu, ‘kan?”

Dia terdiam sebentar.

“Aku tidak tahu.”

Dan, kami bergeming usai itu. Tidak ada suasana canggung, kami begitu dekat, hingga diam saja terasa layaknya mengobrol. Aku pernah bertanya pada Soojung, mengapa dia suka berjalan pulang denganku?

Dan jawabannya sanggup membuatku termangu sesaat.

“Karena aku merasa nyaman. Aku suka mendengar derap langkahmu, aku suka mendengar pertanyaanmu tentang gigi dan es krim, karena aku dapat mengetahui jikalau kau khawatir. Aku senang sekadar mendengar tawamu. Aku suka kala manikmu memandangiku. Bukankah tak ada alasan yang sangat logis untuk menyukai sesuatu?”

Hanya Soojung yang mampu berterus-terang seperti ini, sambil memasang mimik datar. Tentu saja, sejurus aku terkesiap.

“… menyukai itu apa?”

“Apa, ya? Pemahaman umum, barangkali sesuatu yang membuat perasaan senang. Tetapi kurasa tidak juga. Kadangkala menyukai itu menyebalkan.”

Soojung itu aneh.

Tetapi, barangkali aku-lah yang aneh. Akhir-akhir ini aku terus berpikir, “Menyukai itu apa?”, berulang kali hingga terlintas di otakku secara tiba-tiba sehingga aku tak fokus di kelas, dan barisan kalimat tersebut sekonyong-konyong memenuhi kepalaku kala aku membaringkan kepala di tempat tidur. Tetapi meskipun aku merasa diriku aneh, Soojung tetap seperti biasa.

Dia tetap mengonsumsi es krim cokelat, menjawab bila kutanya tentang es krim, memandangiku, dan mengajakku pulang bersama. Aku pun sering bertanya, “Apakah kau tidak bosan denganku?”

Dan dia berkata, “Apakah jika aku bosan, kau dan aku masih berjalan beriringan seperti ini?”

Aku tidak mengerti.

.

.

.

“Soojung, pipimu kenapa?”

Aku memandang aneh lebam berwarna ungu pada pipi kirinya. Maniknya bergerak tanpa niat memandangi pipinya, lantas mulutnya kembali menjilat es krim. Cuaca panas sekali, terik matahari agaknya mampu melelehkan tubuh kami.

“Aku dipukul anak kelas dua.”

“Apa!?” Sontak, aku memandangnya dengan sorot yang mempertanyakan alasan mengapa dia harus mendapat tinju. Aneh, Soojung bukan orang yang suka mencari perkara.

“Entahlah, katanya kekasihnya menyukaiku dan dia cemburu,” kata Soojung ringan. “Karena inilah aku bilang, menyukai kadangkala menyebalkan.”

… menyukai itu apa?

“Tapi aku tidak balas memukul. Kau tahu Myung, aku tak bisa memukul wanita.”

Ya, salah satu kebaikan hati Soojung yang tak disangka-sangka. Dia dapat menghajar laki-laki hingga mereka bersujud memohon ampun, tetapi Soojung tak suka melukai wanita. Katanya, kakaknya melarangnya. Tetapi jika sudah tak tahan dengan kekasaran wanita-wanita itu, Soojung akan mengganti pukulan dengan cercaan, dan perkataannya amatlah menusuk hati, sehingga kedua opsi itu tak ada yang lebih baik.

“Kau benar tak apa-apa, ‘kan?”

“Tenang saja, seorang guru melihat kami dan dia dibawa ke kantor. Tetapi tetap saja, lebam di wajahku sudah dibuatnya. Lagi pula aku tak peduli, kok.”

“Maaf ya, aku tidak melihatnya.”

“Jangan minta maaf atas hal yang tidak ada sangkut-pautnya denganmu, Myung.”

Aku diam, kemudian menatap Soojung; memperhatikan matanya menggeridip, bagaimana bibirnya terbuka sekelumit untuk merasakan es krim cokelat membasahi lapisan merah tersebut, bagaimana tangannya sesekali merapikan rambut panjangnya, bagaimana lebam ungu pada pipinya dia abaikan….

Aku tak mengerti.

Tanpa sadar, aku mengecup pipinya yang menderita lebam.

Dia memandangku dengan sedikit terkejut. Aku pun sama, barangkali wajahku sudah semerah tomat sekarang. Bahkan aku tidak tahu mengapa aku melakukan itu.

“A—aku harus ke toko buku.”

Dan, begitulah, aku berlari meninggalkan Soojung, dalam keadaan panik bercampur malu.

Ah, pengecut sekali.

.

.

.

Hari ini aku merasa sangat aneh, kepalaku penat. Terlalu banyak kata “Mengapa?” yang terbesit sampai membuatku tak tenang. Manikku memandang Soojung dengan sedikit enggan. Kami berdua melangkah di bawah pepohonan yang berjejer, bermaksud untuk menghindar dari panas nan menyengat.

“Soojung…, ma—maaf untuk kemarin.”

“Tentang apa?”

“Aku—mengecup pipimu. Maaf.”

“Oh.”

Dia marah? Apakah dia marah padaku, dan hari ini mengajakku pulang supaya nanti dapat menghajarku? Pelipisku telah dibasahi keringat sekarang. Barangkali lebih baik jujur saja pada Soojung, lantaran dia tak suka kebohongan.

Ah, aku tak mengerti.

“Maaf, Soojung.”

Tak ada jawaban.

“A—aku hanya berpikir, andaikan kukecup, mungkin nyeri yang kaurasakan akan berkurang.”

Dia tetap tak menjawab. Tetapi ada yang berbeda.

Soojung mengalihkan tatapannya ke arah yang berlawanan denganku sehingga aku tak dapat melihat wajahnya, namun pandanganku menangkap semburat kemerahan mewarnai pipi putihnya.

Spontan, aku membulatkan mata.

Apakah dia malu?

“Soojung?”

Dia menggeleng.

Hingga setibanya kami di depan rumahnya pun, dia bersikukuh tak mau melihatku.

Aneh, aku tetap tak mengerti.

.

.

.

Entah apa yang menghinggap di benakku sehingga pertanyaan ini terlontar begitu saja kala kami pulang bersama keesokan harinya:

“Soojung, kau mau ke rumahku?”

Dia terdiam sekejap.

“… boleh.”

Itu pertanyaan yang tiba-tiba, bahkan aku tak pernah berencana mengajaknya ke rumahku, namun entah mengapa Soojung mengiyakannya saja.

“A—aku hanya bercanda—”

“Kubilang boleh, Myungsoo.” Dia lekas menukas, membungkamku.

Mengapa?

.

.

.

Kami masuk ke kamarku, di sini hawanya sedikit dingin, tidak panas seperti di luar. Suara serangga terdengar sayup-sayup, jam menunjuk pukul lima sore. Kami terdiam beberapa lama, saling memandang satu sama lain.

“Soojung…, Aku kerap berpikir, “Menyukai itu apa?”, lantaran aku tak pernah mengerti. Selalu saja hal tersebut menghantuiku, dan aku tak punya siluet lain yang menghampiri dalam otakku, selain dirimu.”

Soojung hanya bergeming, mendengarkan. Es krimnya sudah habis. Dia membuang stick-nya di tempat sampah kamarku yang nyaris kosong.

“Barangkali apabila aku melakukan ini…,” Aku perlahan mendekatinya, mendorongnya ke arah tempat tidur, menyilangkan jemariku pada jemarinya yang kurus. Kubuka kancing seragamnya yang terletak paling atas. Rambut panjang bergelombang Soojung terurai, membiarkan diri mereka berantakan di atas permukaan kasur. Wajah putihnya diterpa sinar mentari.

Dia sangat cantik.

Sorotnya tetap datar, bibirnya tidak membuka untuk mengeluarkan protes atau sekadar berteriak. Dia hampir tak pernah mengganti ekspresi, tetapi aku tak pernah bosan memandanginya, menelusuri lekuk-lekuk wajah eloknya.

Aneh, aneh sekali.

Apa ini?

Apa yang kulakukan?

“… apakah aku akan mengerti?”

Pandangan kami saling tertumbuk.

“Coba saja.”

Wanita lain barangkali akan berteriak, atau mengatakan, “Ya,”, atau menolak, atau membiarkan aku meneruskan tindakan anehku ini. Tapi ini Soojung. Dia berbicara dengan nada menantang.

“… tapi dari sini saja, apakah kau mengerti sesuatu?”

Tidak.

Tidak, aku tidak mengerti.

“Apa yang kaucari, Myungsoo?”

Aku tidak tahu.

Aku tidak tahu, Soojung.

Aku melepaskannya, lantas berdiri di depan jendela, memandangi matahari terbenam. Soojung bangkit, duduk di atas tempat tidur, memperhatikan wajahku. Dia tidak terlihat bingung, pun tidak tertarik untuk berkata-kata. Aku merasa Soojung ingin aku mengetahui hal ini sendiri, atau dari siapa pun, namun bukan dia.

Apa yang salah?

Aku tak mengerti.

.

.

.

“Jadi, kau hampir melakukan ‘itu’?”

“Tidak begitu….”

“Tapi Jung Soojung bukan sembarang wanita, ‘kan? Banyak yang mengejarnya. Aku pun menganggap dia sangat cantik. Kau satu-satunya pria beruntung yang diajaknya pulang bersama,” tutur Sungyeol. Dia duduk di kursi yang ada di depan mejaku, sedangkan aku memalingkan wajah, memandang ke luar kelas. Cakrawala barat berwarna jingga, beberapa anak berjalan santai meninggalkan sekolah. Aku melihat sosok Soojung berjalan sendirian ke depan gerbang. Tangannya menggenggam satu batang es krim cokelat, seperti biasa.

“Aku tidak mengerti, Yeol.”

“Apanya?”

“Aku—merasa pedih kala dia mengatakan, “Coba saja”, berpikir bahwasanya aku pria paling kotor di muka bumi yang menggunakan sahabatnya untuk mengerti hal aneh. Ekspresi Soojung tak berubah, tetapi sekilas dia tampak—terkejut. Dia tidak pernah protes, dia berkata senang bersamaku, dia tidak menganggap pertanyaanku yang selalu sama adalah hal yang membosankan. Dia—dia barangkali bergegas pulang karena tahu aku sedang kalut. Aku senang memandanginya kendati dia nyaris tak pernah merubah ekspresinya. Aku suka melihatnya makan es krim, aku suka memperhatikan kedipan matanya, aku tak pernah sabar menunggu-nunggu saat pulang sekolah untuk menemukannya di depan pintu kelas setelah bel berbunyi untuk mengajakku pulang, aku—barangkali aku sudah gila.”

“Hei…, kau ini bodoh sekali!” Sungyeol tergelak. Aku tak tahu bagian mana dari perkataanku yang patut dia jadikan lelucon. “Kau merasa menyentuhnya adalah hal yang tak boleh dilakukan, bukan begitu? Kau takut dia kenapa-napa, kau takut kau malah melukainya, makanya kau mengurungkan niat untuk melakukan ‘itu’? Kau merasa ada yang aneh, ada yang berubah?”

“Ya…, kurasa.”

Sungyeol mengukir senyum tipis.

“Kau menyukainya, Myung.”

“… menyukai itu apa?”

“Kau tak perlu mengerti,” Sungyeol menganjurkan tangannya, lekas menyentuh dadaku dengan telunjuk kirinya. “… kau cukup merasakannya. Kau menyukainya, itu saja. Adakah alasan lain?”

Aku terdiam beberapa saat, lantas terbayang sosok Soojung yang melangkah sendirian.

Ya, dia tidak boleh sendirian.

Biasanya aku ada untuknya. Biasanya aku berjalan di sampingnya.

Bergegas, aku menarik tas hitam yang kuletakkan di sebelah kursi, kemudian berlari cepat ke luar kelas. “Aku pulang dulu, Sungyeol! Terima kasih!”

Dan, Sungyeol hanya tertawa, sembari melambaikan tangan.

“Selamat berjuang!”

.

.

.

“Soojung!”

Napasku terengah-engah. Soojung berbalik memandangiku. Es krimnya nyaris habis, sedikit mencair.

“Hei, Myung. Tak kusangka secepat ini. Apakah—kau sudah mengerti?”

“Ya…, kurasa aku tahu apa yang kucari selama ini. Jawaban atas pertanyaanku.”

Aku mendekat ke arahnya. Manik kami menyorot satu sama lain, pandangan Soojung melembut. Dapat kurasakan desiran hangat mengalir dalam tubuhku. Selama ini aku tidak sadar, karena aku terlalu sibuk menggunakan otak, sehingga tidak memberi kesempatan untuk hati dan jantungku memberitahukan apa yang kuinginkan.

“Aku menyukaimu.”

Beberapa detik kemudian, bibirku menempel pada milik Soojung. Sedikit lama, dia tidak memberikan perlawanan apa pun. Membiarkan kejadian ini mengalir.

Usai kulepaskan kehangatan itu, dapat kurasakan dentuman jantungku mengeras. Pertama kalinya, kulihat seulas senyum lebar di bibir merahnya dan pipi putihnya bersemu malu.

“Kubilang, kau tak perlu alasan yang logis untuk menyukai sesuatu, ‘kan?”

Ya, lantaran aku tak pernah tahu dari kapan aku merasakan ini. Merasakan gejolak bernama ‘cinta’ kepada Soojung.

Barangkali sedari aku menyadari bahwa Soojung memang berbeda.

Cukup merasakan, saja, ‘kan?

Tak perlu mengerti.

“Aku—tidak, kurasa—aku mencintaimu.”

Dia tertawa. Manis sekali.

Tumitnya berjinjit, dan dengan perlahan dia berbisik di telingaku.

“Aku juga.”

fin.

***

Myungsoo lemot? Iyak, banget. #dikeplak

Tiba-tiba ngetik ini di HP malam sebelum UN hari pertama. Kacau, deket UN ide malah ngalir kaya cintaku ke Junhong #salah

Oke, bisa dibilang yang namanya kihyukha ngga berbakat nulis fluff-fluff, jadi mohon komentar dan sarannya, yah! 😀

36 responses to “I Don’t Understand

    • ahaha, dan ini saya tulis malam sebelum UN x) <– padahal masih UN
      umur myungie sekitar 18 mungkin di sini tapi dia gapernah suka sama orang jadi gatau suka itu apa~ #heh
      terima kasiiih!

  1. kim myungsoo is just so damn cute and all innocent here<3
    penggambaran karakternya pas sama realita :b daebak xD

    • yes, kim myungsoo yang asli sangat dorky<3 ahaha dengan soojung yang cuek dan agak dewasa itu mereka saling melengkapi ya xD terima kasiiih!

  2. keren kak fikhaaa 😀 aa keren keren kereen daebakk!! >,<
    aku suka karakter myungsoo di sini 😀 terus berkarya ya kak! aku suka gaya penulisan kakak
    fighting

    • hei fan, glad to see you here<3 makasiiih duh itu ada adegan myung nyaris nyerang soojung pulak=="
      iyap, karakter yang all innocent gini fresh ya, dari imej L yang dingin itu? makasih banyak yaaa! okeee

  3. AAAAAAAAAAH, FIKHAAAAA… akhirnya, aku bisa baca ficmu ini setelah sekian lama mendekam di bookmarks-ku u,u

    okeh, sebenarnya agak menyebalkan juga kamu ngepost fic yang menggiurkan begini di saat ujian, dan pas aku nerima notif, tangan tiba-tiba gatel kepengen buang buku pelajaran, buka leptop, dan baca ini story >.<
    dan, oh ya aku suka lho sama covernya xD kesannya minimalis dan Myung disana juga polos banget sesuai sama karakternya di cerita ini 😀 toop daaah..

    Dan, uhm..
    Fikha, ini.. uhm.. PG kan ya? ._. aku ga nyadar.. soalnya aku ga liat bagian informasi ff sih ._. eh pas tiba-tiba adegan “tempat tidur” aku kaget setengah mati! Ya ampun -_-

    Agak awkward sih. Soojung kok ya masih aja bisa masang tampang cueknya pas Myung kaya gitu ke diaaa -_- sumpah, ga habis pikir aku di sana. Apa mungkin mereka udah deket kali ya jadi ga masalah? O.O #eh.. kenapa jadi bahas adegan itu sih? -_-

    —–
    Tapi, fikha fikha fikhaaa, aku suka sama karakter Myung-Jung disiniii.. aduh, kesannya apa ya? Sesuai sama di dunia nyata lah.. Soojung dengan karakter cuek-angkuhnya, dan Myung ga pekaan orangnya. Hihi, tapi asli aku kebayang karakter L di sini itu polosnya minta ampun ya? Sampai ga nyadar kalau dia itu jatuh cinta sama Jung -_-

    Doh, sukses deh kamu buat image dinginnya Krystal disini. Bayangin dia gadis angkuh, kuat, macho, tapi dia itu sebenarnya baik hatiiii sekalii.. apalagi dia suka sama es krim coklat u,u Myunggg, kamu kok perhatiaaan sekali siih sama Jungieeee? :’)))

    DAN AKU PALING SUKA SAMA BAGIAN PIPI LEBAMNYA SOOJUNG!

    Bukaaan, bukan pas Soojung dipukul sama anak kelas dua, dan pipi mulusnya itu harus ber-ungu-ungu ria -_- itu ngenes menurutku. Tapi, aku SUKAAAAAAAAAAK pas bagian L main nyium pipi Soojung gitu aja terus ditinggal pergi..

    L ya ampun kamu ternyata bisa gituu yaa naak? :’))


    Sekalian, aku kepo nih.. mereka berdua anak SMA kan? Tapi, kok kebayang sosok L disini itu masih umur belia gitu ._. mungkin, efek habis baca ffnya Kak Atik sih..
    Etapi, serius Myung disini kayaknya agak agak… polos sama bodoh cuman beda tipis sih -_- #plakk.. #kicked..

    Dan, KATA SIAPA KAMU NGGA BISA BUAT FLUFF? Ini mah beneran fluff fikhaaa saaaayaaangggg :’)) ini keren to the max taaauk

    Aku sukak ff ini fik… terus buat bikin fic sejenis ini yaak 😉 etapi, aku juga menunggu another MyungStal fantasy-mu sih ._. #dor..
    Bye-byeeee, fikhaaaaah 😀 saya mau melanjutkan membaca yang laain~ akhir kata, maaf kalau ada kata yang kurang berkenan u,u

    • ZUKYYYYY MAAF AKU BARU BALES, AKU NGECEK FIC INI DAN TERNYATA ADA KOMEN KAMU. maaf komen numpuk, hiks ;__;

      iya, manis ya, dan di situ kle-nya juga image cewek cool nan pendiam. maafkan aku yaak ahaha karena menjelang ujian itu ada aja idenya ;;;

      Iya ini PG-15, makanya kenapa yang lebih muda dari aku masih berani-beraninya baca ini padahal pas nulis aku sendiri belom genap 15 #INIAPA tapi entah kenapa cerita ini mengalir aja dengan kebodohan myungie

      EH KALO GITU APA PERLU AKU BUAT YANG DARI SUDUT PANDANG KLE? walaupun dia topeng es di sini aslinya dia beda loh pikirannya, ini kan dari sudut pandangnya myungie u,u

      karakternya seru ya, aku juga baru pertama nih buat soojung yang bener-bener dingin dan myungie yang polos, biasanya myungie selalu yang lebih dingin dan cuek :3 tauktuh si myungie!
      myungie merhatiinnya sampe kedipan matanya soojung, embusan napasnya, mungkin dia tau deh si soojung berapa kali ngedip dalam satu menit saking seringnya dia ngeliatin. ihiy kok aku merona sendiri :$

      PAKE ALIBI MAU NYEMBUHIN LAGI YEGAAAAK kalo beneran terjadi mah hatiku sakit ky, sakit karena bahagia.

      kebayangnya mereka belia garagara myungienya dodol juga kali… gapapa kok kalo mau dibayangin kelas berapa aja aku ikhlas :3 /cielah/
      EMANG INI FLUFF? aku gatau ;A;

      Myungstal fantasi? BISA JADIIIII ditunggu aja ya zukeh, aku akan tiba dengan fic itu secara tiba-tiba. cuma masih lama, karena fokus ngerjain Existentia dulu MAHAHA
      ADUH MAKASIH ZUKY AKU HARUS BILANG APA SAMA KOMEN KAMU INI ;__; AKU SENENG BANGEEEEET!!!! MAKASIH BANYAK ZUKYYYY ({})

  4. AAAAAAAAAAA!!!!!!
    INI KEREN BANGET!!! TERUS LUCU JUGA!!! KYAAAA~ SO SWEET!!! >///< lucu!!! masa udah gede gatau suka itu apa… -___-
    itu adegan di ranjang bkin aku nahan napas. oh my… itu bener-bener bikin aku speechless.
    terus adegan yang Myung nyium pipi Krys tiba-tiba dan langsung pergi gitu aja, itu juga lucu!!
    oh my… fanfic ini keren banget!!!!!!
    naiseu fanfic!!

    • HALOOOOO!!!!
      iya si myung baru pertama kali itu jatuh cinta /INI AU BANGET/ jadi dia gangerti dan dia tipe orang yang “kalo gue gangerti berarti gue cupu”
      makasih banyak yaaa ilma!!! maaf aku balesnya lama, aku baru nengok ini ff full ;A; /nampardirisendiri/

  5. thor setuju aku, L kok lolak banget disinii??
    aku bayangin dia bener-bener arrkh-_- innocent dan lemot.

  6. AUTHOOOOOOR~ INI CERITANYA KEREEEEn /? XD (ampuuun #dibuangauthor)
    Bahasanya nyaman banget buat dibacaaa… jadi berasa kita ada di kondisi itu juga
    image krystal disini keren bangeeet.. myungsoonya juga lucu banget hahaha
    mereka pasangan unyu~ hehe XD
    aku suka FF nya authooor~ keep writing neee!^^

    maaf aku tak bisa berkata2 dengan baik dan benar /? hanya bisa segini /bow/ -_,-

    • MAKASIH BANYAK YAAAA XD
      eh iyakah? asyik, berarti kita temen sekelas :9 /ceritanyasatukelassamamyungsoojung/ /ngimpi/
      iya, lucu kan, aku nyoba make image cool-nya kle dan imut-imutnya myungsoo xD
      ahaha setujuu! mereka sangat unyu :3

      iyaaap gapapa kok, makasih banyak yaa{}

  7. Ceritanya kereeeeeeen thor, itu myung polosnya kebangetan polos(?) ngebayangin pas kle tiba-tiba di cium sam myung wahhh asli itu mukanya pasti merah banget dan itu adegan di kamar OMG aku hampir jantungan #lebay pasal(?)nya aku lagi puasa hampir ku lewat tuh di ditu untung gak lebih hahaha aigoo aku jadi senyum-senyum gaje baca fic ini
    oh ya buat sudut pandang klenya juga thor pasti seru

  8. Pingback: I Don’t Understand | Cappulatte·

  9. woaaaa sukaa critanya ngalir jadi terbawa suasana dan masuk dlm cerita. ini bener-bener keren engga cuman cerita fantasy yg fikha buat kece tp yg beginiian juga. itulah alasannya mengapa ru selalu nunggu update an ff mu fik. di saat UN pula, emang anak ajaib kamu fik/?
    ditunggu ff kamu yg selanjutnya:) semangat

  10. Fictnya poloos banget, innocent. Walau ada bagian ‘itu’, tapi tetep anak muda banget.
    Myungsoo emang lemot bangeeet
    Dan si sungyeol tumben bijak, jadi pangling. Hehehe

    • iyap, bagian ‘itu’nya dibuat slight sih jadi supaya ngga eksplisit, kan myung-nya cuma buka kancing xD /samaaja/
      mahahah Yeol lagi keracunan makanya dia bisa bijak
      makasih banyak yaaa xD

  11. suka sama ff nya!!
    karakter myung sama soojung disini beda banget tapi kok aku ngerasa cocok ya sama karakter mereka disini. dan itu myung… apa yang mau kaulakukan?? myung telat banget sadarnya -_-
    tapi aku suka sama jalan ceritanya yang mengalir apa adanya :3

Leave a reply to harinshim Cancel reply