[VIGNETTE] Zone Defence

zd copy

Title: Zone Defence

Main cast: Kim Myungsoo, Jung Soojung

Other cast: Kim Sunggyu, Jang Dongwoo, Nam Woohyun, Lee Howon (Hoya), Lee Sungyeol, Lee Sungjong

Genre: AU, general, fluff, little romance, friendship

Rating: G

Length: Vignette (1559w)

Summary: Semua karena zona pertahanan Jung Soojung!

Desclaimer: Cast hanya milik Tuhan dan saya hanya pinjam nama. Plot 100% pure hasil pemikiran saya.  Happy reading!

Mata sipit bocah laki-laki sebelas tahun itu semakin tidak terlihat. Sesekali ia menarik ingus yang hampir keluar dari lubang hidungnya. Ditenggelamkannya kedua tangannya di saku mantel yang tampak kebesaran. Ditatapnya sekali lagi bocah laki-laki berumur sama, yang berdiri di hadapannya–yang sebenarnya juga di hadapan kawan-kawannya.

Suara tarikan ingus dari lima bocah lain saling bersahutan–memenuhi lapangan sepak bola kecil yang sudah diselimuti salju. Tak dapat terelakkan, hawa dingin dari kaki mereka sangat kuat. Kadang, mereka harus menggerakkan kakinya–takut-takut akan membeku seperti cerita Paman Louis–seorang laki-laki lima puluh tahunan asal Belgia yang sangat lancar berbicara Bahasa Korea– mengenai kejamnya musim dingin di negaranya saat pertengahan abad delapan belas. Begitu mereka mengangguk dengan perasaan was-was tatkala mendengar cerita itu berakhir, Paman Louis hanya terkekeh kecil. Masih menggerak-gerakkan kakinya, seorang bocah yang memakai kopiah merah yang menutupi sampai bawah telinganya berseru tidak sabar.

“Kim Sunggyu, bukankah kemarin perjanjiannya yang bisa menghancurkan benteng itu yang menang? Mengapa sekarang kau malah memaki Myungsoo?”

Mata sipit Kim Sunggyu menatap tajam pada bocah di sampingnya. Sunggyu–panggilan akrabnya–mengeluarkan sebelah tangan dari saku mantel besarnya. Alih-alih takut dengan tatapan dan sebelah tangan Kim Sunggyu yang terangkat, kepala bocah itu berpaling menatap Kim Myungsoo yang ada di hadapan keenam bocah lainnya. Berharap mendapat yang lebih baik, tatapan tajam dari mata elang Myungsoo malah membuatnya lebih ngeri. Bocah yang ada di sampingnya–Lee Sungyeol–sedikit menunduk–karena lebih tinggi darinya–dan berbisik padanya.

“Woohyun-a, bukankah kau lebih baik diam dan menunggu tindakan Sunggyu untuk Myungsoo selanjutnya? Dia bos kita, Woohyun-a.” Sungyeol berkata pelan–sangat pelan malah–dan Woohyun si kopiah merah tidak bisa mendengar dengan jelas dan langsung menunduk–pura-pura menatap serius ujung sepatu bootnya.

Sunggyu menarik ingusnya lagi. Disemburkannya kepulan asap dari dalam mulutnya. Matanya yang benar-benar sipit menatap tajam Myungsoo. Ah, Sunggyu tidak pernah tidak menyalahkan orang lain. Ia selalu menuduh siapapun agar menjadi tersangka yang bisa ia hakimi sendiri. Walaupun lahir di tahun yang sama, Sunggyu lah yang sejatinya melihat dunia terlebih dahulu. Walau begitu, ia merasa sudah seperti orang dewasa, padahal bedanya tidak sampai satu minggu dengan pemilik suara tawa paling memekakkan telinga di geng mereka–Jang Dongwoo.

“Bukan aku yang melakukannya. Kalian harus percaya padaku,” ujar Myungsoo, ah lebih tepatnya ia bersikukuh untuk terus membela dirinya sendiri yang sejak hampir setengah jam yang lalu menjadi buronan semprotan naga Sunggyu.

“Tapi seingatku kau satu-satunya orang yang berkata akan merubuhkan benteng itu, Myungsoo. Apakah aku benar?” Hoya membenarkan letak kacamatanya dan menelengkan kepalanya ke kanan–mencoba berpikir tentang ucapannya barusan. “Ah, tidak–“ Hoya memberi jeda sebentar pada ucapannya. “–bukan hanya Myungsoo yang berkata akan menghancurkan benteng itu. Sunggyu, bukankah kau juga ingin menghancurkannya dan membuat kami mengerjakan PR matematikamu selama satu minggu?”

Myungsoo menghela napas lega. Rupanya anak yang paling pandai di antara mereka bisa mengingat hal lain selain untuk menyudutkan Myungsoo. Sejenak saat ia hendak mengulum sebuah senyuman, Sungjong–bocah yang paling muda–malah menghancurkan kebahagiaan Myungsoo yang hanya berjalan tidak lebih dari dua puluh detik.

“Tapi Myungsoo yang kemarin pulang terakhir, bukan?”

Tanpa disadari senyuman Sunggyu mengembang bersamaan dengan selesainya ucapan Sungjong. Sunggyu kembali menatap Myungsoo tajam.

“Hentikan tatapanmu itu. Kurasa Soojung akan memukul kita dengan sekop saljunya.” Dongwoo yang berdiri di samping Sunggyu menyenggol lengan Sunggyu saat melihat seorang bocah perempuan dengan rambut kepang dua, sepatu boot kuning, dan mantel cokelat yang sangat pas di badannya membawa sebuah sekop salju yang lumayan besar tanpa senyuman di wajah. “Apa kita tidak sebaiknya lari dari sini? Walaupun hanya Myungsoo yang melakukannya, kita semua juga akan mendapat balasan dari Soojung. Kau tahu seberapa kuatnya Soojung, kan? Saat aku tertawa hanya Soojung yang berani menyumpal mulutku dengan gulungan kertas bekasnya.” Dongwoo sampai bergidik ngeri saat membayangkan hari di mana Soojung berani menyumpal mulutnya. Tidak sampai situ, saat Dongwoo hendak memuntahkan gulungan kertas itu, Soojung sudah lebih dulu memukul kepala Dongwoo dan membuat gulungan kertas yang di dalam mulutnya keluar tanpa aba-aba. Sungguh mengerikan.

Saat salju pertama turun, Soojung langsung membawa sekop saljunya dan beberapa cetakan untuk memadatkan salju-salju itu menjadi sama besar dan menumpuknya hingga menyerupai sebuah benteng. Soojung menyebutnya zona pertahanan. Bocah itu memiliki alasan membuat sebuah benteng di musim dingin. Mengingat musim dingin sebelumnya, teman-teman sepermainannya itu selalu saja bermain sepak bola meski salju menutup seluruh permukaan lapangan. Soojung yakin, sebenarnya hanya satu bocah laki-laki yang mengajak–ah lebih tepatnya memerintah–bocah lainnya untuk ikut. Siapa lagi yang memiliki wewenang untuk memerintah selain Sunggyu? Sepak bola tiga lawan tiga, dan si anak paling muda menjadi wasit. Juga pertaruhan untuk merobohkan benteng milik Soojung adalah ide Sunggyu. Soojung sendiri pun tahu itu.

“Jangan menjadi pengecut, Bodoh.” Dongwoo hanya diam dan mengikuti gerakan Nam Woohyun–memandang ujung sepatunya saat Sunggyu berucap tepat di samping telinganya.

Soojung tiba-tiba tersenyum sangat lebar pada bocah laki-laki yang sedang berdebat di dekat rumahnya. “Kim Myungsoo–“

Myungsoo meneguk salivanya. Dengan berani ia memutar tubuhnya dan menghadap Soojung. “Jung Soojung–“ Gadis dengan rambut panjang yang dikepang dua melewati bahu depannya itu tersenyum sambil menatap Myungsoo. Myungsoo melangkahkan kakinya dan menarik tangan gadis itu. Namun Soojung menempelkan kakinya dan membuat Myungsoo berhenti. “Aku akan membantumu mendirikan benteng lagi. Maafkan aku, aku tidak sengaja merusak bentengmu.” Keenam bocah laki-laki itu membulatkan mata tidak percaya pada ucapan Myungsoo. Bahkan Dongwoo dan Woohyun langsung mengangkat kepalanya.

Sunggyu bertepuk tangan. “Aku tidak salah, kan!” Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mengharap pengakuan dari teman-temannya. “Soojung-a, kau dengar sendiri, kan, Myungsoo yang merusaknya. Jadi kau hanya perlu marah padanya. Kau harus memukulnya, Soojung-a.”

“Lalu bagaimana dengan konsekuensinya? Apa kita benar-benar harus mengerjakan PR matematika Myungsoo selama seminggu?” tanya Sungyeol–takut jika ia harus benar-benar mengerjakan PR matematika Myungsoo. PR matematikanya sendiri pun bahkan jarang dikerjakan dengan otaknya sendiri.

“Tidak. Kita batalkan perjanjian itu.” Jawaban Sunggyu membuat semua bocah laki-laki–minus Myungsoo–tersenyum senang.

“Bagaimana bisa begitu?” Myungsoo berkata sebal. Ia benar-benar tidak terima dengan keputusan Sunggyu yang tidak masuk akal.

Soojung mengangkat sekopnya. “Apa maksudmu, Kim Myungsoo? Dan kau–“ Soojung mengarahkan sekopnya tepat di hadapan Sunggyu, membuat mata sipitnya mengerjap berkali-kali. “Kau tidak boleh mengingkari janjimu, Kim Sunggyu. Bukankah yang berhasil merobohkan bentengku ini akan mendapat perjamuan khusus selama seminggu?” Myungsoo mengangguk membenarkan.

“Baiklah-baiklah. Mereka akan mengerjakan PR matematika Myungsoo selama satu minggu.”

MWO?!” Suara kelima bocah laki-laki itu mampu membuat Sunggyu menutup telinganya. “Ya, kami tidak akan mengerjakannya untuk Myungsoo. Kim Sunggyu yang akan melakukannya.” Sunggyu mendelik–walaupun masih saja matanya tidak lebih besar dari mata normal Sungjong–mendengar ucapan Sungyeol, anggota paling tinggi yang terkadang memang berani padanya. “Bukankah kau yang membuat perjanjian konyol itu, ha?” Dongwoo, Woohyun, Hoya, dan Sungjong mengangguk menyetujui ucapan Sungyeol. Terutama untuk peringkat pertama di kelas, Hoya sangat tidak ingin mengerjakan PR matematika Kim Myungsoo yang selalu menjadi peringkat dua, bahkan saat kelas satu semester akhir, bocah itu mampu mengalahkan Hoya.

Soojung menghela napas panjang dan membuat kepulan asap seperti rokok keluar bebas dari mulutnya. “Baiklah. Karena kau yang membuat ide itu, kau yang harus menjalankan konsekuensinya, Kim Sunggyu.”

Mendengar ucapan Soojung, bocah laki-laki yang masih berada di samping Sunggyu saling menempelkan telapak tangan satu sama lain secara bergantian. Sunggyu hendak melayangkan protes sebelum Soojung mengangkat sekopnya lagi. Sungguh, Sunggyu tidak takut pada siapapun. Tetapi karena sekop sialan milik Soojung itu, ia harus menuruti ucapan Soojung.

Soojung ganti menatap Myungsoo yang masih tersenyum atas kemenangannya. “Dan kau, Myungie.” Myungsoo langsung menoleh cepat saat Soojung mulai memanggilnya dengan panggilan kesayangannya yang hanya boleh diucapkan oleh Soojung saja–mengingat mereka sudah berteman sejak belum bisa berjalan. “Jangan coba-coba kau membodohi teman-temanmu itu.” Myungsoo menaikkan sebelah alisnya. “Bukan Myungsoo yang melakukannya, tapi aku.”

MWO?!” Kini tujuh bocah laki-laki itu serempak menatap Soojung dengan mata yang membulat sempurna. Bahkan kalau boleh jujur, mata Sunggyu seperti hampir mencuat dari bungkusnya yang sempit.

Soojung tersenyum puas. “Kim Sunggyu, kau kubebaskan dari hukumanmu. Dan kau, Myungie–“ Soojung kembali tersenyum penuh kemenangan. “Kau yang harus mengerjakan PR matematikaku, menggantikan Sunggyu.”

.

.

.

“Jungie, mengapa kau merusak zone defence-mu?” tanya Myungsoo. Mata dan tangannya masih fokus pada buku matematika milik Soojung. Ia benar-benar menjalankan hukuman dari Soojung dengan sportif. Ia mengaku bahwa ia salah telah membodohi teman-temannya. Dan sialnya, Soojung telah membuatnya malu dan selalu diolok-olok ketua gengnya itu selama lima hari terakhir.

Zone defence? Aku menyebutnya zona pertahanan Jung Soojung, Myungie. Ah, tapi tunggu dulu, bukankah itu artinya sama?” Soojung menaikkan sebelah alisnya.

Myungsoo mengangguk tanpa melihat bagaimana wajah bingung Soojung. “Seperti dalam bermain sepak bola. Pertahanan daerah.”

Mulut Soojung penuh dengan roti isi yang dibawa Myungsoo. Setelah menelan seluruh roti isi yang benar-benar lezat, Soojung menyeruput teh panas yang ada di hadapannya–kali ini dibuatkan ibunya mengingat Myungsoo bertamu sore itu–. “Kau tahu, kan, alasan aku membuat zona pertahanan itu?”

Tangan Myungsoo berhenti menulis. Kepalanya ia dongakkan. Matanya menatap wajah Soojung. Sesaat kemudian ia mengangguk. “Kau tidak ingin rumahmu terkena bola tendangan Sungyeol dan Woohyun yang sangat kuat, kan? Kau tahu, itu yang namanya zone defence.”

Soojung mengangguk menanggapi. “Kau tahu, saat aku membuat benteng itu, aku benar-benar kesepian karena tidak bisa melihat kalian bermain lagi, dan aku tidak bisa melihat wajah lucu Woohyun saat dimarahi Sunggyu gara-gara gagal mencetak gol.” Soojung terdiam sejenak. Ia tahu, Myungsoo menunggunya melanjutkan ucapannya. “Tapi itu bukan alasanku merobohkan zone defence yang sudah kubuat dengan susah payah, Myung.”

“Lalu?” Sebelah alis Myungsoo terangkat.

Soojung tersenyum. “Aku ingin melihatmu.” Sedetik kemudian Soojung menunduk, mencoba menyembunyikan pipinya yang sudah seperti kepiting rebus.

.

.

.

FIN

.

.

A/N: ANNYEONG!!! Salam kenal semuaaaa. Ini post pertama, jadi anggap saja ini ff debut sebagai author baru di sini. Terima kasih yang udah baca, review please??? Also posted in here

10 responses to “[VIGNETTE] Zone Defence

  1. wow daebak!!!
    soojung suka myungsoo ternyata!
    jangan jangan soojung ngasih tugas buat ngerjain pr mtknya ke myung bukan ke sunggyu cuma buat modus doang…
    ciiiieeee soojung…

  2. uhhhh nice :’) suka bacanya, suka juga sama karakter soojung disini, galak-galak manis gituu XD
    genre yang pas buat dibaca, manis banget. alurnya juga gak kecepetan. bener-bener enjoy bacanya soalnya gak belibet ..

    keep writting yaa 😉

    • Annyeong unnie? :’D soojung pantes jadi anak galak sih huhu. makasih sudah baca dan kasih komen^^ unnie do 🙂 aku baru tau kalo MP udah dipost/buruburu baca/

  3. kerenn.. tapi rada kurang greget sih, soalnya maaih anak-anak.. apapun itu, ini keren kok 🙂 ramaiin ya myungsoojung nya :v

Leave a reply to hilmyf305 Cancel reply